Kemajuan ekonomi
merupakan komponen utama pembangunan, tetapi bukan satu-satunya komponen.
Proses pembangunan harus mampu membawa umat manusia melampaui pengutamaan
materi dan aspek-aspek keuangan dari kehidupan sehari-hari. Pembangunan harus
difahami sebagai suatu proses yang multidimensional, yang melibatkan segenap
pengorganisasian dan peninjauan kembali atas sistem-sistem ekonomi dan sosial
secara keseluruhan. Selain peningkatan pendapatan dan output, proses
pembangunan itu juga berkenaan dengan serangkaian perubahan yang bersifat
mendasar atas struktur-struktur kelembagaan, social, dan administrasi,
sikap-sikap masyarakat dan bahkan seringkali juga merambah adat-istiadat,
kebiasaan, dan system kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang bersangkutan.
Lima teori
utama yang menyoroti soal pembangunan, yang acapkali saling bersaing satu sama
lain mengenai sejarah terakhirdan evolusi intelektual didalam pemikiran
akedemik mengenai bagaimana dan mengapa pembangunan itu dapat berlangsung, atau
tidak dapat berlangsung.
A. TEORI-TEORI
UTAMA PEMBANGUNAN EKONOMI : LIMA PENDEKATAN
Kepustakaan pembangunan ekonomi pasca perang dunia :
oleh empat aliran pemikiran yang bersaing satu sama lain. Keempat pendekatan iu
adalah : (1) model-model pertumbuhan- bertahap- linier (linear-stages-of-growt models); (2) kelompok teori dan pola-pola
perubahan structural (the structural
changetheories and patterns); (3) revolusi ketergantungan internasional (international dependence revolution); (4)
kontrarevolusi pasar bebas neoklasik (neoclassical
free-market counterrevolution). Selain empat pendekatan ini muncul
bibit-bibit baru untuk pendekatan yang kelima yaitu (5) pertumbuhan ekonomi
baru atau endogen (new or endogenous
theory of economic growth).
Para teorisi dasawarsa 1950-an dan 1960-an cenderung
memandang proses pembangunan sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi
yang berurutan yang pasti akan dialami oleh setiap Negara yang menjalankan
pembangunan. Pada dasawarsa ini pembangunannya diidentik dengan pertumbuhan
ekonomi agregat secara cepat.
Pada dasawarsa 1970-an, pendekatan tahapan linier ini
tergusur oleh dua aliran pemikiran ekonomi (yang lebih berbau ideolis dari pada
akademis). Pemikiran yang pertama “menitikberatkan”
pada teori dan pola perubahan structural. Aliran pemikiran yang kedua adalah revolusi ketergantungan
internasional. Aliran ini bersifat radikal dan lebih berorientasi politik.
Revolusi ini memandang keterbelakangan Negara-negara berkembang sebagai akibat
pola hubungan kekuasaan internasional yang tidak adil, yang dalam menjalankan
oprasinya juga dibantu oleh segmen-segmen domestic tertentu. Perhatian utama
teori ini ditunjukkan pada pentingnya menyusun kebijakan baru untuk menghapuskan
kemiskinan secara total, menyediakan kesempatan kerja yang lebih berfariasi,
dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.
Sepanjang dasawarsa 1080-an, yang paling menonjol
adalah pendekatan keempat. Kontrarevolusi neoklasik dalam pemikiran ekonomi ini
menekankan pada peranan menguntungkan yang yang dimainkan oleh pasar-pasar
bebas, perekonomian terbuka, dan swastanisasi perusahaan-perusahaan milik
pemerintah atau Negara yang tidakefisien dan boros. Menurut teori ini kegagalan
diakibatkan oleh terlalu banyaknya campur
tangan dan regulasi pemerintah dalam kehidupan perekonomian nasional.
Penghujung dasawarsa 1980-an dan awal dekade 1990-an,
sejumlah kecil ekonomi neoklasik dan institusional mulai mengembangkan
pendekatan kelima. Teori ini bermaksud menjelaskan mengapa meskipun
konsep-konsep neoklasik seperto pasar bebas dan otonomi sector swasta begitu
gencar didengungkan, tapi peran pemerintah dalam keseluruhan proses pembangunan
masih tetap sangat besar.
B. TEORI TAHAP
LINIER
1.
Tahap – tahap
Pertumbuhan Rostow
Politik perang dingin yang berkobar pada tahun 1950-an
dan 1060-an yang memicu persaingan sengit di kalangan Negara-negara besar untuk
mencari pengikut setia dikalangan Negara-negara yang baru saja merdeka, maka
muncullah model-model pertumbuhan
ekonomi bertahap (stages-of-growth model
of development). Tokoh penganjur tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang
terkenal adalah W.W.Rostow, menurut beliau masyarakat mempunyai lima buah
tahapan ekonomi yang ada, yakni : tahap
masyarakat tradisional, penyusunn kerangka dasar tahap tinggal landas menuju
pertumbuhan berkesinambungan yang berlangsung secra otomtis, tahapan tinggal
landas, tahap menuju kematangan ekonomi, dan tahap konsumsi masal yang tinggi.
Adapun mekanisme perekonomian yang mengandalkan
peningkatan investasi demi mempercepat pertumbuhan ekonomi, dapt diterangkan
dalam model pertumbuhan harrod-Domar (harrod-domar
growth model).
2.
Model
Pertumbuhan Harrod-Domar
Setiap perekonomian harus senantiasa mencadangkan atau
menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnyauntuk menambah atau
menggantikan barang-barang modal yang telah susut atau rusak, untuk memacu
pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto
terhadap cadangan atau stok modal (capital stock).
Agar bisa tumbuh dengan pesat, maka setiap
perekonomian haruslah menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin dari GNP
nya. Semakin banyak ditabung dan di investasikan maka semakin cepat tingkat
pertumbuhannya. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan maksimal yang dapat dijangkau
pada setiap tingkat tabungan dan investasi
amat tergantung kepada tingkat produktivitas investasi tersebut.
3.
Kendala dan Batasan
Menurut Rostow langkah utama atau kunci untuk memacu
pertumbuhan ekonoi dan proses pembanunan adalah peningkatan total tabungan
nasional dan investasi. Hambatan utama atau kendala terhadap kemajuan
pembangunan ekonomi, menurut kelompok teori ini adalah relative terbatasnya
peluang pembentukan modal-modal baru apalagi dinegara miskin. Dalam rangka
menciptakan kemajuan ekonomi bersama, maka program pemberian bantuan teknis dan
financial secara besar-besaran seperti Marsha Plan harus diadakan lagi, kali
ini khusus untuk Negara-negara terbelakang di Dunia Ketiga.
4.
Syarat-syarat
yang Diperlukan dan yang Harus Ada : Beberapa Kritik terhadap Model Pertumbuhan
Bertahap
Gagasan-gagasan dasar tentang pembangunan yang
terkandung dalam teori-teori pertumbuhan bertahap tersebut tidak selalu
berlaku. Alasan utama tidak berlakunya teori tersebut bukan karena tabungan dan
investasi tidak lagi merupakan syarat penting bagi pemacuan pertumbuhan
ekonomi, akan tetapi karena dalam kenyataanya telah terbukti bahwa pengadaan
tabungan dan investasi itu saja belumlah syarat cukup untuk memacu pertumbuhan
ekonomi.
Mengingat begitu banyaknya kegagalan dan mulai munculnya
ke kecewaan terhadap teori-teori ekonomi pembangunan (terutama dikalangan kaum
intelektual di Dunia Ketiga) maka muncullah pendekatan yang lebih barudan
radikal yang mencoba mengkombinasikan factor-faktor ekonomi dan istitusional ke
dalam suatu model system baru mengenai kemajuan dan keterbelakangan
internasional.
C.
MODEL PERUBAHAN STRUKTURAL
Model perubahan structural tersebut dalam analisisnya
menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-konsep harga dan
alokasi sumber daya, serta metode-metode ekonometri untuk menjelaskan
terjadinya proses transformasi.
Aliran
pendekatan perubahan stuktural ini didukung oleh W. Athur Lewis (surplus tenaga kerja dua sektor) dan
Hoilis B. chenery yang sangat terkenal dengan analisis empirisnya tentang “pola-pola
pembangunan”
1)
Teori Pembangunan Lewis
a.
Model Dasar
Teori ini membahas proses pembangunan di Negara-negara
dunia ketiga yang mengalami kelebihan penawaran tenaga kerja selama akhir
dasawarsa 1960-an dan 1970-an. Menurut model ini, peekonomian yang terbelakan
terdiri dari dua sector, yakni (1) sector
tradisional, yaitu sector pedesaan subsistenyang kelebihan penduduk dan
ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan nol- merupakan
situasi yang memungkinkan lewis untuk mendifinisikan kondisi surplus tenaga
kerja yang ditarik dari sector pertanian dan sector itu tidak akan kehilangan
outputnya sedikitpun.(2) sector industry
perkotaan , modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat
penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sector
sebstensi .
Perhatian
utama dari model ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja,
serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerpan tenaga kerja di sector yang
modern. Adapun laju atau kecepatan terjadi perluasan tersebut ditentukan oleh
tingkat investasi di bidang industry dan akumulasi modal secara keseluruhan di
sector modern.
b.
Kritik
terhadap model lewis
Tiga dari asumsi-asumsi lewis yang utama ternyata sama
sekali tidak cocok dengan kenyataan institusional dan ekonomis di sebagian
besar Negara dunia ketiga sekarang ini. Pertama,
model ini secara implisit mengasumsikan bahwa tingkat pengalihan tenaga
kerjadan penciptaan kesempatan kerja di sector modern pasti sebanding dengan
tingkat akumlasi modal sector modern
Asumsi kedua, yang
sering dan patut dipersoalkan dari model tersebut adalah adanya dugaan bahwa
dipedesaan terjadi kelebihan tenaga kerja, sedangkan di daerah perkotaan
terjadipenyerapan factor-faktoe produsi secara optimal.
Asumsi ketiga, yaitu
degaan tentang pasar tenaga kerja yang kompetitif disektor modern akan menjamin
keberadaan upah riil di perkotaan yang konstan sampai pada suatu titik diman
surplus penawaran tenaga kerja habis terpakai , tidak dapat diterima.
2)
Perubahan Structural dan Pola-Pola Pembangunan
Analisis
pola pembangunan memusatkan perhatiannya pada proses yang mengubah struktur
ekonomi, industry, dan kelembagaan secara bertahap pada suatu perekonomian yang
terbelakang, sehingga memungkinkan tampilnya industry-industri baru untuk
menggantikan kedudukan sector perekonomian sebagai penggerak roda pembangunan.
Pola ini mensyaratkan bahwa selain akumulasi modal
untuk pengadaan sumber daya fisik maupun sumber daya manusia, diperlukan juga
suatu rangkain perubahan yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian
Negara yang bersangkutan demi terselenggaranya transisi yang bersifat mendasar
dari system ekonomi tradisional ke system ekonomi modern.
D.
REVOLUSI KETERGANTUNGAN INTERNASIONAL
Model-model
ketergantungan internasional memandang Negara-negara Dunia Ketiga sebagai
korban kekuatan factor kelembagaan, politik, ekonomi, baik yang bersekala
domestic maupun internasional. Mereka semua telah terjebak galam ketergantungan dan dominasi Negara-negara kaya.
1.
Model Ketergantungan Neokolonial
Model
ini menghubungkan keberadaan dan kelanggengan Dunia Ketiga kepada evolusi
sejarah hubungan internasional yang sama sekali tidak seimbang antara
Negara-negara kaya dengan Negara-negara miskin dalam suatu system kapitalis
internasional.
2.
Model Paradigma Palsu
Model ini
menghubungkan keterbelakangan dunia ketiga dengan kesalahan dan ketidaktepatan
saran yang diberikan oleh para pengamat atau “pakar”internasional yang bernaung
dibawah lembaga-lembaga bantuan Negara maju dan organisai-organisasi donor
multinasional. Para pakar ini menawarkan konsep-konsep yang serbah canggih,
struktur teori yang bagus , dan model-model ekonometrik yang serbah rumit
tentang pembangunan yang dalam prakteknya seringkali hanya menjurus kepada
terciptanya kebijakan-kebijakan yang tidak tepat guna atau bahkan melenceng
sama sekali.
3.
Tesis Pembangunan-Dualisme
Dualisme (dualism) adalah
sebuah konsep yang dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi pembangunan. Konsep
ini menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara
Negara-negara kaya dan miskin, serta diantara orang-orang kaya dan miskin pada
berbagai tingkat disetiap Negara. Konsep dualism ini terdapat 4 elemen kunci
sebagai berikut :
Ø Di setiap tempat dan konteks selalu saja ada sejumlah
elemen “superior” & “inferior”. Elemen tersebut hadir secara bersamaan
dalam waktu dan tempat yang sama.
Ø Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat
sementara atau transisional, melainkan sesuatu yang bersifat baku, permanen
atau kronis. Koeksistensi ini juga bukan merupakan fenomena sesaat yang akan
mengikis seiring dengan berlalunya waktu.
Ø Kadar superiorritas serta inferioritas dari
masing-masing elemen tersebut bukan hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan
berkurang, melainkan cenderung
meningkat.
Ø Hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen yang
superior dengan elemen-elemen lainnya yang inferior tersebut terbentuk dan
berlangsung sedemikian rupa, sehingga keberadaan elemen-elemen superior sangat
sedikit atau sms sekali tidak membawa manfaat untuk meningkatkan kedudukan
elemen-elemen inferior.
E.
KONTRAREVOLUSI NEOKLASIK
1.
Tantangan Bagi Pendekatan Statis: Pasar Bebas, Pilihan
Rasional, Dan Ramah Terhadap Pasar
Kontrarevolusi ini antara lain terwujud berupa aliran
pemikiran makroekonomi yang lebih mementingkan sisi penawaran, teori rasional
ekspektasi, gelombang swastanisai perusahaan-perusahaan milik Negara di
Negara-negara maju, serta munculnya himbauan yang sangat gencar bagi
ditanggalkannya, paling tidak sebagian, campur tangan pemerintah dalam perekonomian
yang terwujud dalam berbagai bentuk , seperti kepemilikan perusahan-perusahaan
milik pemerintah, perencanaan secara ekstensif atas perekonomian nasional, dan
regulasi terhadap aneka kegiatan di Negara-negara yang sedang berkembang.
Tantangan neoklasik terhadap pembangunan yang ortodoks
dapat dipilah menjadi 3 komponen, yakni: pendekatan pasar bebas, pendekatan
pilihan rasional, serta pendekatan ramah terhadap pasar. Pasar bebas hadir dan beroprasi secara penuh, pelaksanaan
swastanisasi perusahaan milik pemerintah, promosi perdagangan bebas dan
pengembangan ekspor, menarik para investasi asing.
Analisa
Pasar Bebas, menyatakan bahwa
pasar-pasar itu sendiri sudah dan selalu efisien, pasar produk dapat memberikan
sinyal terbaik tentang investasi apa yang harus digarap dan kegiatan apa sja
yang layak di garap. Pendekatan”ramah
terhadap pasar” merupakan varians terbaru dari kontrarevolusi neoklasik,
yang terutama dikembangkan oleh Bank Dunia dan para ekonomnya.
2.
Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional (“Lama”)
Argument pasar bebas neoklasik adalah keyakinan
bahwasanya liberalisasi (pembukaan) pasar-pasar nasional akan merangsang
investasi, baik itu investasi domestic maupun luar negri. Model pertumbuhan neoklasik solow merupakan pilar yang sangat
mewarnai teori pertumbuhan neoklasik. Pada intinyamodel ini merupakan
pengembangan dari formulasi Harrod-Domar, dengan menambahkan factor kedua,
yakni tenaga kerja serta memperkenalkan variable independen. Ketiga yakni
teknologi, ke dalam persamaan pertumbuhan.
Menurut teori
pertumbuhan neoklasik tradisional (“Lama”), pertumbuhan output itu selalu
bersumber dari satu atau lebih dari tiga factor: kenaikan kuantitas dan
kualitas tenaga kerja, penambahan modal, serta penyempurnaan teknologi.
F.
TEORI PERTUMBUHAN YAG BARU
1.
Motivasi untuk Memunculkan Teori Pertumbuhan yang Baru
Lemahnya kinerja teori-teori neoklasik dalam usahanya
melacak sumber-sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang menimbulkan rasa tidak
puas terhadap teori-teori tradisional itu. Teori neoklasik berpendapat bahwasanya
sebagian besar pertumbuhan ekonomi tersebut bersumber dari hal-hal yang
bersifat “eksogen” atau proses-proses kemajuan tekhnologi yang sepenuhnya
independen. Namun pendapat tersebut mengalami dua kelemahan yang bersifat cukup
mendasar.
Pertama, berdasarkan kerangka analisis neoklasik, kita tidak
mungkin menganalisis determinan-determinan (berbagai factor penyebab) kemajuan
tekhnologi karena hal itu terlanjur dinyatakan independent atau terpisah sama
sekali dari keputusan para pelaku ekonomi. Kedua,
teori ini gagal untuk menjelaskan perbedaan yangbegitu mencolok atas
residua tau sisa pertumbuhan diantara Negara-negara yang tingkat kemajuan
tekhnologisnya setara. Itu berarti teori tersebut memaksakan dibangunya suatu
keyakinan atas dasr proses-proses eksternal yang kurang dipahami dengan baik.
Sebagai akibatnya, cukup banyak pernyataan yang dirumuskannya tidak memiliki
dukungan teoritis maupun empiris.
Pendekatan ini membuat pendekatan baru yaitu konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth)
atau secara sederhana disebut teori
pertumbuhan baru.
2.
Pertumbuhan endogen
Model-model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa
pertumbuhan GNP itu sebernya merupakan suatu konsekwensi alamiah atas adanya
ekuilibrium jangka panjang. Motivasi pokok tumbuhnya teori ini adalah untuk
menjelaskan ketimpangan pertumbuhan ekonomi antarnegara. Pertumbuhan endogen
berusaha menjelaskan berbagi factor yang menentukan besar kecilnya µ, tingkat
pertumbuhan GDP yang sebelumnya memang belum ditelaah dalam persamaan
[ertumbuhan neoklasik solow, hal itu hanya dinyatakan sebagai suatu yang
bersifat eksogen (residu solow).
G.
TEORI-TEORI PEMBANGUNAN: USAHA MEMPERTEMUKAN BERBAGAI
PERBEDAAN
Masing-masing
pendekatan memiliki keungulan dan kelemahannya sendiri, namun kenyataan akan
masih adanya kontroversi, baik itu secara idealogis. Teoritis, maupun empiris.
Justru menjadi bidang studi tersebut semakin menantang dan memikat. Ilmu
ekonomi pembangunan tidak memiliki doktrin-doktrin atau paradigm baku yang telah diterima secara
universal.
Meskipin
masih dalam taraf formatif atau pemantapan, teori pertumbuhan yang baru juga
telah menyodorkan konsep-konsep penting, terutama fokusnya mengenai
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi endogen, yang memungkinkan kita untuk lebih
memahami divergensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang antar Negara-negara maju
dan Negara-negara berkembang. Model pertumbuhan endogen telah memodifikasi dan
mengembangkan sendiri asumsi-asumsinya sehingga tidak lagi bias disamakan
dengan asumsi-asumsi yang masih dianut oleh teoripertumbuhan tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar