assalamu'alaikum....

Jumat, 27 Januari 2012

Teori-teori Pembangunan : Sebuah Analisis Komparatif




Kemajuan ekonomi merupakan komponen utama pembangunan, tetapi bukan satu-satunya komponen. Proses pembangunan harus mampu membawa umat manusia melampaui pengutamaan materi dan aspek-aspek keuangan dari kehidupan sehari-hari. Pembangunan harus difahami sebagai suatu proses yang multidimensional, yang melibatkan segenap pengorganisasian dan peninjauan kembali atas sistem-sistem ekonomi dan sosial secara keseluruhan. Selain peningkatan pendapatan dan output, proses pembangunan itu juga berkenaan dengan serangkaian perubahan yang bersifat mendasar atas struktur-struktur kelembagaan, social, dan administrasi, sikap-sikap masyarakat dan bahkan seringkali juga merambah adat-istiadat, kebiasaan, dan system kepercayaan yang hidup dalam masyarakat  yang bersangkutan.
     Lima teori utama yang menyoroti soal pembangunan, yang acapkali saling bersaing satu sama lain mengenai sejarah terakhirdan evolusi intelektual didalam pemikiran akedemik mengenai bagaimana dan mengapa pembangunan itu dapat berlangsung, atau tidak dapat berlangsung.

A.      TEORI-TEORI UTAMA PEMBANGUNAN EKONOMI : LIMA PENDEKATAN

Kepustakaan pembangunan ekonomi pasca perang dunia : oleh empat aliran pemikiran yang bersaing satu sama lain. Keempat pendekatan iu adalah : (1) model-model pertumbuhan- bertahap- linier (linear-stages-of-growt models); (2) kelompok teori dan pola-pola perubahan structural (the structural changetheories and patterns); (3) revolusi ketergantungan internasional (international dependence revolution); (4) kontrarevolusi pasar bebas neoklasik (neoclassical free-market counterrevolution). Selain empat pendekatan ini muncul bibit-bibit baru untuk pendekatan yang kelima yaitu (5) pertumbuhan ekonomi baru atau endogen (new or endogenous theory of economic growth).
Para teorisi dasawarsa 1950-an dan 1960-an cenderung memandang proses pembangunan sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi yang berurutan yang pasti akan dialami oleh setiap Negara yang menjalankan pembangunan. Pada dasawarsa ini pembangunannya diidentik dengan pertumbuhan ekonomi agregat secara cepat.
Pada dasawarsa 1970-an, pendekatan tahapan linier ini tergusur oleh dua aliran pemikiran ekonomi (yang lebih berbau ideolis dari pada akademis). Pemikiran yang pertama “menitikberatkan” pada teori dan pola perubahan structural. Aliran pemikiran yang kedua adalah revolusi ketergantungan internasional. Aliran ini bersifat radikal dan lebih berorientasi politik. Revolusi ini memandang keterbelakangan Negara-negara berkembang sebagai akibat pola hubungan kekuasaan internasional yang tidak adil, yang dalam menjalankan oprasinya juga dibantu oleh segmen-segmen domestic tertentu. Perhatian utama teori ini ditunjukkan pada pentingnya menyusun kebijakan baru untuk menghapuskan kemiskinan secara total, menyediakan kesempatan kerja yang lebih berfariasi, dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.
Sepanjang dasawarsa 1080-an, yang paling menonjol adalah pendekatan keempat. Kontrarevolusi neoklasik dalam pemikiran ekonomi ini menekankan pada peranan menguntungkan yang yang dimainkan oleh pasar-pasar bebas, perekonomian terbuka, dan swastanisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah atau Negara yang tidakefisien dan boros. Menurut teori ini kegagalan diakibatkan oleh  terlalu banyaknya campur tangan dan regulasi pemerintah dalam kehidupan perekonomian nasional.
Penghujung dasawarsa 1980-an dan awal dekade 1990-an, sejumlah kecil ekonomi neoklasik dan institusional mulai mengembangkan pendekatan kelima. Teori ini bermaksud menjelaskan mengapa meskipun konsep-konsep neoklasik seperto pasar bebas dan otonomi sector swasta begitu gencar didengungkan, tapi peran pemerintah dalam keseluruhan proses pembangunan masih tetap sangat besar.

B.       TEORI TAHAP LINIER
1.        Tahap – tahap Pertumbuhan Rostow
Politik perang dingin yang berkobar pada tahun 1950-an dan 1060-an yang memicu persaingan sengit di kalangan Negara-negara besar untuk mencari pengikut setia dikalangan Negara-negara yang baru saja merdeka, maka muncullah model-model pertumbuhan ekonomi bertahap (stages-of-growth model of development). Tokoh penganjur tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang terkenal adalah W.W.Rostow, menurut beliau masyarakat mempunyai lima buah tahapan ekonomi yang ada, yakni : tahap masyarakat tradisional, penyusunn kerangka dasar tahap tinggal landas menuju pertumbuhan berkesinambungan yang berlangsung secra otomtis, tahapan tinggal landas, tahap menuju kematangan ekonomi, dan tahap konsumsi masal yang tinggi.
Adapun mekanisme perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi demi mempercepat pertumbuhan ekonomi, dapt diterangkan dalam model pertumbuhan harrod-Domar (harrod-domar growth model).

2.        Model Pertumbuhan Harrod-Domar
Setiap perekonomian harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnyauntuk menambah atau menggantikan barang-barang modal yang telah susut atau rusak, untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau  stok modal (capital stock).
Agar bisa tumbuh dengan pesat, maka setiap perekonomian haruslah menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin dari GNP nya. Semakin banyak ditabung dan di investasikan maka semakin cepat tingkat pertumbuhannya. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan maksimal yang dapat dijangkau pada setiap tingkat tabungan dan investasi  amat tergantung kepada tingkat produktivitas investasi tersebut.

3.        Kendala dan Batasan
Menurut Rostow langkah utama atau kunci untuk memacu pertumbuhan ekonoi dan proses pembanunan adalah peningkatan total tabungan nasional dan investasi. Hambatan utama atau kendala terhadap kemajuan pembangunan ekonomi, menurut kelompok teori ini adalah relative terbatasnya peluang pembentukan modal-modal baru apalagi dinegara miskin. Dalam rangka menciptakan kemajuan ekonomi bersama, maka program pemberian bantuan teknis dan financial secara besar-besaran seperti Marsha Plan harus diadakan lagi, kali ini khusus untuk Negara-negara terbelakang di Dunia Ketiga.

4.        Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang Harus Ada : Beberapa Kritik terhadap Model Pertumbuhan Bertahap
Gagasan-gagasan dasar tentang pembangunan yang terkandung dalam teori-teori pertumbuhan bertahap tersebut tidak selalu berlaku. Alasan utama tidak berlakunya teori tersebut bukan karena tabungan dan investasi tidak lagi merupakan syarat penting bagi pemacuan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi karena dalam kenyataanya telah terbukti bahwa pengadaan tabungan dan investasi itu saja belumlah syarat cukup untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Mengingat begitu banyaknya kegagalan dan mulai munculnya ke kecewaan terhadap teori-teori ekonomi pembangunan (terutama dikalangan kaum intelektual di Dunia Ketiga) maka muncullah pendekatan yang lebih barudan radikal yang mencoba mengkombinasikan factor-faktor ekonomi dan istitusional ke dalam suatu model system baru mengenai kemajuan dan keterbelakangan internasional.

C.      MODEL PERUBAHAN STRUKTURAL
     Model perubahan structural tersebut dalam analisisnya menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-konsep harga dan alokasi sumber daya, serta metode-metode ekonometri untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi.
     Aliran pendekatan perubahan stuktural ini didukung oleh W. Athur Lewis (surplus tenaga kerja dua sektor) dan Hoilis B. chenery yang sangat terkenal dengan analisis empirisnya tentang “pola-pola pembangunan”

1)        Teori Pembangunan Lewis
a.                  Model Dasar
                        Teori ini membahas proses pembangunan di Negara-negara dunia ketiga yang mengalami kelebihan penawaran tenaga kerja selama akhir dasawarsa 1960-an dan 1970-an. Menurut model ini, peekonomian yang terbelakan terdiri dari dua sector, yakni (1) sector tradisional, yaitu sector pedesaan subsistenyang kelebihan penduduk dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan nol- merupakan situasi yang memungkinkan lewis untuk mendifinisikan kondisi surplus tenaga kerja yang ditarik dari sector pertanian dan sector itu tidak akan kehilangan outputnya sedikitpun.(2) sector industry perkotaan , modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sector sebstensi .
                        Perhatian utama dari model ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja, serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerpan tenaga kerja di sector yang modern. Adapun laju atau kecepatan terjadi perluasan tersebut ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industry dan akumulasi modal secara keseluruhan di sector modern.

b.                  Kritik terhadap model lewis
Tiga dari asumsi-asumsi lewis yang utama ternyata sama sekali tidak cocok dengan kenyataan institusional dan ekonomis di sebagian besar Negara dunia ketiga sekarang ini. Pertama, model ini secara implisit mengasumsikan bahwa tingkat pengalihan tenaga kerjadan penciptaan kesempatan kerja di sector modern pasti sebanding dengan tingkat akumlasi modal sector modern
Asumsi kedua, yang sering dan patut dipersoalkan dari model tersebut adalah adanya dugaan bahwa dipedesaan terjadi kelebihan tenaga kerja, sedangkan di daerah perkotaan terjadipenyerapan factor-faktoe produsi secara optimal.
Asumsi ketiga, yaitu degaan tentang pasar tenaga kerja yang kompetitif disektor modern akan menjamin keberadaan upah riil di perkotaan yang konstan sampai pada suatu titik diman surplus penawaran tenaga kerja habis terpakai , tidak dapat diterima.

2)        Perubahan Structural dan Pola-Pola Pembangunan
     Analisis pola pembangunan memusatkan perhatiannya pada proses yang mengubah struktur ekonomi, industry, dan kelembagaan secara bertahap pada suatu perekonomian yang terbelakang, sehingga memungkinkan tampilnya industry-industri baru untuk menggantikan kedudukan sector perekonomian sebagai penggerak roda pembangunan.
Pola ini mensyaratkan bahwa selain akumulasi modal untuk pengadaan sumber daya fisik maupun sumber daya manusia, diperlukan juga suatu rangkain perubahan yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian Negara yang bersangkutan demi terselenggaranya transisi yang bersifat mendasar dari system ekonomi tradisional ke system ekonomi modern.

D.      REVOLUSI KETERGANTUNGAN INTERNASIONAL
     Model-model ketergantungan internasional memandang Negara-negara Dunia Ketiga sebagai korban kekuatan factor kelembagaan, politik, ekonomi, baik yang bersekala domestic maupun internasional. Mereka semua telah terjebak galam ketergantungan dan dominasi Negara-negara kaya.

1.        Model Ketergantungan Neokolonial
     Model ini menghubungkan keberadaan dan kelanggengan Dunia Ketiga kepada evolusi sejarah hubungan internasional yang sama sekali tidak seimbang antara Negara-negara kaya dengan Negara-negara miskin dalam suatu system kapitalis internasional.

2.        Model Paradigma Palsu
     Model ini menghubungkan keterbelakangan dunia ketiga dengan kesalahan dan ketidaktepatan saran yang diberikan oleh para pengamat atau “pakar”internasional yang bernaung dibawah lembaga-lembaga bantuan Negara maju dan organisai-organisasi donor multinasional. Para pakar ini menawarkan konsep-konsep yang serbah canggih, struktur teori yang bagus , dan model-model ekonometrik yang serbah rumit tentang pembangunan yang dalam prakteknya seringkali hanya menjurus kepada terciptanya kebijakan-kebijakan yang tidak tepat guna atau bahkan melenceng sama sekali.


3.        Tesis Pembangunan-Dualisme
     Dualisme (dualism) adalah sebuah konsep yang dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi pembangunan. Konsep ini menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara Negara-negara kaya dan miskin, serta diantara orang-orang kaya dan miskin pada berbagai tingkat disetiap Negara. Konsep dualism ini terdapat 4 elemen kunci sebagai berikut :
Ø  Di setiap tempat dan konteks selalu saja ada sejumlah elemen “superior” & “inferior”. Elemen tersebut hadir secara bersamaan dalam waktu dan tempat yang sama.
Ø  Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat sementara atau transisional, melainkan sesuatu yang bersifat baku, permanen atau kronis. Koeksistensi ini juga bukan merupakan fenomena sesaat yang akan mengikis seiring dengan berlalunya waktu.
Ø  Kadar superiorritas serta inferioritas dari masing-masing elemen tersebut bukan hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, melainkan  cenderung meningkat.
Ø  Hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen yang superior dengan elemen-elemen lainnya yang inferior tersebut terbentuk dan berlangsung sedemikian rupa, sehingga keberadaan elemen-elemen superior sangat sedikit atau sms sekali tidak membawa manfaat untuk meningkatkan kedudukan elemen-elemen inferior.

E.       KONTRAREVOLUSI NEOKLASIK
1.        Tantangan Bagi Pendekatan Statis: Pasar Bebas, Pilihan Rasional, Dan Ramah Terhadap Pasar
Kontrarevolusi ini antara lain terwujud berupa aliran pemikiran makroekonomi yang lebih mementingkan sisi penawaran, teori rasional ekspektasi, gelombang swastanisai perusahaan-perusahaan milik Negara di Negara-negara maju, serta munculnya himbauan yang sangat gencar bagi ditanggalkannya, paling tidak sebagian, campur tangan pemerintah dalam perekonomian yang terwujud dalam berbagai bentuk , seperti kepemilikan perusahan-perusahaan milik pemerintah, perencanaan secara ekstensif atas perekonomian nasional, dan regulasi terhadap aneka kegiatan di Negara-negara yang sedang berkembang.
Tantangan neoklasik terhadap pembangunan yang ortodoks dapat dipilah menjadi 3 komponen, yakni: pendekatan pasar bebas, pendekatan pilihan rasional, serta pendekatan ramah terhadap pasar. Pasar bebas hadir dan beroprasi secara penuh, pelaksanaan swastanisasi perusahaan milik pemerintah, promosi perdagangan bebas dan pengembangan ekspor, menarik para investasi asing.
Analisa Pasar Bebas, menyatakan bahwa pasar-pasar itu sendiri sudah dan selalu efisien, pasar produk dapat memberikan sinyal terbaik tentang investasi apa yang harus digarap dan kegiatan apa sja yang layak di garap. Pendekatan”ramah terhadap pasar” merupakan varians terbaru dari kontrarevolusi neoklasik, yang terutama dikembangkan oleh Bank Dunia dan para ekonomnya.

2.        Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional (“Lama”)
Argument pasar bebas neoklasik adalah keyakinan bahwasanya liberalisasi (pembukaan) pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu investasi domestic maupun luar negri. Model pertumbuhan neoklasik solow merupakan pilar yang sangat mewarnai teori pertumbuhan neoklasik. Pada intinyamodel ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar, dengan menambahkan factor kedua, yakni tenaga kerja serta memperkenalkan variable independen. Ketiga yakni teknologi, ke dalam persamaan pertumbuhan.
Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (“Lama”), pertumbuhan output itu selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga factor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja, penambahan modal, serta penyempurnaan teknologi.

F.       TEORI PERTUMBUHAN YAG BARU

1.        Motivasi untuk Memunculkan Teori Pertumbuhan yang Baru
     Lemahnya kinerja teori-teori neoklasik dalam usahanya melacak sumber-sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang menimbulkan rasa tidak puas terhadap teori-teori tradisional itu. Teori neoklasik berpendapat bahwasanya sebagian besar pertumbuhan ekonomi tersebut bersumber dari hal-hal yang bersifat “eksogen” atau proses-proses kemajuan tekhnologi yang sepenuhnya independen. Namun pendapat tersebut mengalami dua kelemahan yang bersifat cukup mendasar.
     Pertama, berdasarkan kerangka analisis neoklasik, kita tidak mungkin menganalisis determinan-determinan (berbagai factor penyebab) kemajuan tekhnologi karena hal itu terlanjur dinyatakan independent atau terpisah sama sekali dari keputusan para pelaku ekonomi. Kedua, teori ini gagal untuk menjelaskan perbedaan yangbegitu mencolok atas residua tau sisa pertumbuhan diantara Negara-negara yang tingkat kemajuan tekhnologisnya setara. Itu berarti teori tersebut memaksakan dibangunya suatu keyakinan atas dasr proses-proses eksternal yang kurang dipahami dengan baik. Sebagai akibatnya, cukup banyak pernyataan yang dirumuskannya tidak memiliki dukungan teoritis maupun empiris.
     Pendekatan ini membuat pendekatan baru yaitu konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth) atau secara sederhana disebut teori pertumbuhan baru.

2.        Pertumbuhan endogen
     Model-model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa pertumbuhan GNP itu sebernya merupakan suatu konsekwensi alamiah atas adanya ekuilibrium jangka panjang. Motivasi pokok tumbuhnya teori ini adalah untuk menjelaskan ketimpangan pertumbuhan ekonomi antarnegara. Pertumbuhan endogen berusaha menjelaskan berbagi factor yang menentukan besar kecilnya µ, tingkat pertumbuhan GDP yang sebelumnya memang belum ditelaah dalam persamaan [ertumbuhan neoklasik solow, hal itu hanya dinyatakan sebagai suatu yang bersifat eksogen (residu solow).

G.      TEORI-TEORI PEMBANGUNAN: USAHA MEMPERTEMUKAN BERBAGAI PERBEDAAN

                 Masing-masing pendekatan memiliki keungulan dan kelemahannya sendiri, namun kenyataan akan masih adanya kontroversi, baik itu secara idealogis. Teoritis, maupun empiris. Justru menjadi bidang studi tersebut semakin menantang dan memikat. Ilmu ekonomi pembangunan tidak memiliki doktrin-doktrin  atau paradigm baku yang telah diterima secara universal.
                 Meskipin masih dalam taraf formatif atau pemantapan, teori pertumbuhan yang baru juga telah menyodorkan konsep-konsep penting, terutama fokusnya mengenai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi endogen, yang memungkinkan kita untuk lebih memahami divergensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang antar Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang. Model pertumbuhan endogen telah memodifikasi dan mengembangkan sendiri asumsi-asumsinya sehingga tidak lagi bias disamakan dengan asumsi-asumsi yang masih dianut oleh teoripertumbuhan tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bintang