PENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI
Tugas Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Matakuliah Sosisologi Ekonomi Semester Genap
Disusun oleh:
Noer Komala Sari
Mario Haliandar
Halimatussakdia
Hendrik Priyanto
M. Anwar Zainudin
Dosen :
Bpk. Abas Jauhari, Msi
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
Universitas Islam Negri SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010/1431 H
A.
Perbandingan
Antara Pendekatan Ekonomi Dan Sosiologi
pendekatan adalah cara pandang dalam melihat ekonomi dengan landasan
berpikir atau asumsi dari sisi ekonomi atau sosiologi.
1.
Konsep Aktor
Ekonomi sebagai suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan kegiatannya
yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat yang terbatas
diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan
keinginan masing-masing.Yang dimaksud disini berkaitan dengan semua aktifitas
orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran
dan konsumsi barang-barang ataupun jasa-jasa langka.
Titik tolak analisis ekonomi adalah individu. Pendekatan individu dalam
analisis ekonomi berakar dari utilitarianisme dan ekonomi politik Inggris. Utilitarianisme
mengasumsikan bahwa individu adalah makhluk yang rasional. Sedangkan ekonomi
politik Inggris dibangun diatas prinsip”laissez faire, laissez passer”, yaitu
biarkan hal-hal yang lain masuk Artinya biarkan individu mengatur dirinya,
karena individu tahu apa yang dia mau. Hal ini dikarenakan individu lebih
mengetahui tentang dirinya sendiri dari sisi kemampuan, pengetahuan, keterampilan, jaringan, dan lain
sebagainya.
Sedangkan sosiologi mengarahkan perhatiannya pada actor sebagai kesatuan
yang dikonsruksi secara social, yaitu”aktor dalam suatu interaksi” atau”aktor
dalam masyarakat”. Aktor dalam suatu interaksi adalah individu yang terlibat
dalam suatu interaksi dengan individu atau beberapa individu lainnya. Sedangkan aktor dalam masyarakat adalah
individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam suatu
kesatuan yang dinamakan masyarakat.
Aktor dalam sosiologi tidak bisa di lihat sebagai individu itu sendiri,
tetapi individu yang di hubungkan atau dikaitkan dengan individu lainnya, baik
individu sebagai perorangan atau dalam kelompok (masyarakat). Formulasi Weber
tersebut menegaskan perbedaan antara ekonomi atau sosiologi. Yang pertama
mengasumsikan bahwa aktor tidak dihubungkan dengan aktor lain, sedangkan yang
disebut terakhir mengasumsikan bahwa aktor di hubungkan dan dipengaruhi oleh aktor lain.
2.
Konsep Tindakan
Ekonomi
Tindakan yang di lakukan oleh aktor bertujuan untuk memaksimalkan
pemanfaatan (individu) dan keuntungan (perusahaan). Tindakan tersebut dipandang
rasional secara ekonomi. Sedangkan sosiolgi melihat beberapa kemungkinan tipe
tindakan ekonomi.. Tindakan ekonomi dapat berupa rasional, tradisional, dan
spekulatif-irrasional.
Tindakan ekonomi rasional, mempertimbangkan alat yang tersedia untuk
mencapai tujuan yang ada. Tindakan ekonomi rasional menjadi perhatian baik
ekonomi maupun sosiologi. Dua tindakan ekonomi lain yang tidak dilihat oleh
ekonomi, tetapi menjadi perhatian sosiologi adalah tindakan ekonomi tradisional
dan tindakan ekonomi spekulatif-irrasional. Tindakan ekonomi tradisional
bersumber dari tradisi atau konvensi. Sedangkan tindakan spekulatif-irrasional merupakan
tindakan berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrument yang ada
dengan tujuan yang hendak dicapai.
Perbedaan kedua antara ekonomi dan
sosiologi adalah memanggap rasionalitas sebagai asumsi, sementara sosiologi
memandang rasioalitas sebagai variable. Tindakan ekonomi dapat dilihat sebagai
suatu tindakan social selama tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku orang
lain. Seperti memperhatikan orang lain, saling bertukar pandang, berbincang
dengan mereka, dan sebagainya.
3.
Hambatan pada
Tindakan Ekonomi
Tindakan ekonomi dibatasi oleh selera dan kelangkaan sumberdaya, termasuk
teknologi. Sedangkan sosiologi memperhatikan tidak hanya pengaruh kelangkaan
sumberdaya, tetapi juga aktor-aktor lain yang akan memudahkan, memperlancar,
menghambat, dan membatasi tindakan ekonomi dalam pasar. Tindakan ekonomi
biasanya tidak berada dalam di ruang hampa, tetapi secara umum terjadi dalam
konteks hubungan social dengan orang lain. Hubungan tersebut tidak hanya
sekedar hubungan ekonomi. Pada umumnya perselisihan dalam dunia bisnis
bersumber dari ketidakmampuan mempertahankan atau menjaga kepercayaan yang dimiliki
dari satu pihak kepada pihak lain. Apabila suatu perselisihan telah terjadi
maka akan menghambat terjadinya tindakan ekonomi.
4.
Hubungan Ekonomi
dan Masyarakat
Pusat perhatian dari kajian para ekonom adalah pertukaran ekonomi, pasar,
dan ekonomi. Sedangkan masyarakat dianggap sebagai “sesuatu yang di luar”, dia
dipandang sebagai sesuatu yang telah ada (given).
Dengan demikian, sosiologi ekonomi selalu memusatkan perhatuan pada:
- Analisis sosiologis terhadap proses ekonomi
- Analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan
institusi lain dari masyarakat
- Studi tentang perubahan institusi dan parameter
budaya yang menjadi konteks bagi landasan ekonomi dari masyarakat
5.
Tujuan Analisis
Dalam analisis ekonomi lebih cenderung
melakukan ramalan tentang masa depan dengan membentangkan kemungkinan
kecenderung yang akan terjadi serta menjelaskan hubungan atau pengaruh antar
variable. Sedangkan sosiologi lebih cenderung kepada deskripsi dan ekspalansi,
dan sangat jarang melakukan prediksi.
6.
Penerapan Metode
Ekonomi menggunakan metode yang ditunjukkan untuk penerapan hipotesa dan penggunaan model-model
dalam bentuk matematik, oleh karena iru lebih sering menggunakan data resmi
(data sekunder) dan tidak mempunyai data sendiri.
Sosiologi menggnakan metode seperti : hermeneutic, etnografi, dan
fenomenologi termasuk metode historis dan perbandingan. Para sosiologi lebih
sering mencari data sendiri dilapangan.
B. Teori Sosiologi Sebagai Pendekatan
Teori bukan merupakan tujuan suatu analisis, tetapi merupakan alat untuk
memehami kenyataan atau fenomena, dalam hal ini ekonomi. Teori dibedakan dalam
empat tingkatan, yaitu dua pada tingkatam makro dan dua pada mikro. Jika
analisis dilakukan pada tataran individu/interaksi maka dikenal sebagi teori
mikro, sedangkan pada tingkatan struktur maka dikenal dengan teori makro.
1.
Teori
Struktural Fungsional
Teori ini menjelaskan bagaimana berfungsinya suatu struktur. misalnya
kemiskinan akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi. Herbert Gans (1972)
menemukan 15 fungsi kemiskinan bagi masyarakat Amerika, yaitu:
a. Menyediakan
tenaga untuk pekerjaan kotor bagi masyarakat
b. Memunculkan
dana-dana sosial (funds)
c. Membuka
lapangan kerja baru karena dikehendaki oleh orang miskin
d. Memanfaatkan
barang bekas yang tidak digunakan oleh orang kaya
e. Menguatkan
norma-norma sosial utama dalam masyarakat
f. Menimbulkan
altruisme terutama terhadap orang-orang miskin yang sangat membutuhkan santunan
g. Orang
kaya dapat merasakan kesusahan hidup orang miskin tanpa perlu mengalaminya
sendiri tanpa membayangkan kehidupan si miskin
h. Orang
miskin memberikan standar penilaian kemajuan bagi kelas lain
i.
Membantu kelompok lain yang sedang
berusaha sebagai anak tangganya
j.
Kemiskinan menyediakan alasan bagi
munculnya kalangan orang kaya yang membantu orang miskin dengan berbagai badan
amal
k. Menyediakan
tenaga fisik bagi pembangunan monumen-monumen kebudayaan
l.
Budaya orang miskin sering diterima pula
oleh strata sosial yang berada di atas mereka
m. Orang
miskin berjasa sebagai “kelompok gelisah” atau menjadi musuh bagi kelompok
politik tertentu
n. Pokok
isu mengenai perubahan dan pertumbuhan dalam masyarakat selalu diletakkan di
atas masalah bagaimana membantu orang miskin
o. Kemiskinan
menyebabkan sistem politik menjadi lebih sentris dan lebih stabil
Bagi masyarakat
Indonesia korupsi merupakan suatu hal fungsional, dengan mengikuti cara
berpikir Gans tentang kemiskinan, dapat di temukan beberapa fungsi korupsi,
yaitu:
1.
Katub penyelamat bagi orang yang
mempunyai pendapatan rendah
2.
Sarana bagi-bagi (redistribusi)
Pendapatan
3.
Cara singkat menjadi kaya
Asumsi Teori Struktural Fungsional
Menurut Pendapat Ralp Dahrendorf tentang asumsi dasar yang dimiliki oleh
teori struktural fungsional:
a)
Setiap Masyarakat Terdiri Dari Berbagai
Elemen yang Terstruktur Secara Relatif Mantap dan Stabil
Ketika kita melakukan
kegiatan atau aktifitas sehari-hari, contoh, ketika anda bangun pagi anda cuci
muka lalu shalat subuh lalu beres-beres rumah, mandi, berpakaian, sarapan pagi,
lalu nonton televisi, dan ketika menjelang siang anda shalat dzuhur, makan siang,
lalu melakukan aktifitas yang lain kemudian anda kuliah sore berangkat ke
kampus dan begitulah seterusnya. Orang lain juga melakukan hal yang sama
seperti apa yang anda lakukan, tentunya dengan beragam variasi yang ada. Anda
tidak bisa melakukan suatu kegiatan sendiri walaupun ada beberapa kegiatan yang
bisa anda lakukan sendiri, dimana kita bisa membantu maupun dibantu orang lain.
Demikianlah aktifitas anda dalam masyarakat, juga aktifitas orang lain dalam
masyarakat. Kegiatan seperti itu anda lakukan secara mantap dan stabil, dari
hari ke hari terus bulan ke bulan terus tahun ke tahun, anda rasakan relatif
sama, hampir tidak berubah. Perubahan itu akan terasa berbeda pada saat
memperbandingkannya dari suatu titik waktu dengan titik lain yang sangat berjarak.
b) Elemen-elemen
Terstruktur Tersebut Terintegrasi dengan Baik
Jaringan
hubungan yang terpola mencerminkan struktur elemen-elemen yang terintegrasi
dengan baik. Artinya, elemen-elemen yang membentuk struktur memiliki kaitan dan
jalinan yang bersifat saling mendukung dan saling ketergantungan antara satu
dengan lainnya, Hubungan itu bersifat saling mendukung dan saling
ketergantungan dan membuahkan struktur elemen-elemen terintegrasi dengan baik.
c)
Setiap Elemen dalam Struktur Memiliki
Fungsi, yaitu Memberikan Sumbangan pada Bertahannya Struktur itu sebagai Suatu
Sistem
Setiap elemen dalam struktur memiliki fungsi. Misalnya :Disitu
anda adalah salah satu dari elemen dari struktur. Seperti telah dikemukakan
anda adalah sebagai Guru memiliki tugas dan fungsi sebagai pengajar dan memberi
ilmu pengetahuan kepada pelajar. Sedangkan Pak Beman sebagai penjaga sekolah
bertugas memberikan berbagai macam pelayanan keamanan di sekolah. Bu Minah
sebagai staff administrasi pembayaran yang bertugas memberikan pelayanan terhadap
anda menerima gaji bulanan dan juga untuk pembayaran uang sekolah bulanan
pelajar. Bu Ijah sebagai penjual makanan bertugas memberikan pelayanan terhadap
anda dan pelajar siswa/siswi bila jam istirahat telah tiba. Jadi, semua elemen
yang ada mempunyai fungsi. Fungsi tersebut memberikan sumbangan bagi
bertahannya suatu struktur sebagai suatu sistem.
d)
Setiap struktur yang Fungsional
Dilandaskan pada Suatu Konsensus Nilai di Antara Anggotanya
Untuk memahami ini mari kita ambil sebuah contoh, yaitu antara
anda dengan teman-teman anda. Katakanlah anda sedang mengerjakan tugas makalah
yang terdiri dari 3 orang, dimana anda bertugas meringkas atau merangkum
beberapa buku setelah itu diambil data-data nya yang penting untuk dijadikan
sebuah makalah, teman anda yang pertama bertugas mengetik ringkasan atau
rangkuman yang diambil dari beberapa buku, teman anda yang kedua bertugas
mengeprint untuk diberikan kepada dosen setelah itu di foto copy untuk
diberikan kepada teman-teman anda yang lain. Kesepakatan yang anda buat bersama
teman-teman anda merupakan suatu konsensus diantara anda dengan 2 orang teman
anda.
2. Teori Struktural Konflik
Teori
structural konflik menjelaskan bagaimana struktur memiliki konflik dan memiliki
berbagai elemen yang berbeda. Elemen-elemen yang berbeda tersebut memiliki
motif, maksud, kepentingan, atau tujuan yang berbeda-beda pula. Perbedaan
tersebut memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi, konflik, dan
perpecahan.
Asumsi
Teori Struktural Konflik
Beberapa pendapat Ralp Dahrendorf
(1986:197-198) tentang asumsi dasar yang dimiliki oleh teori structural
konflik.
- Setiap masyarakat, dalam setiap hal, tunduk
pada proses perubahan; perubahan social terdapat dimana-mana
Teori ini melihat masyarakat pada proses perubahan
yang terjadi karena elemen-elemen yang berbeda sebagai pembentuk masyarakat
(struktur sosial) yang mempunyai perbedaan pula dalam motif, maksud,
kepentingan, atau tujuan. Perbedaan tersebut menyababkan setiap elemen berusaha
untuk mengusung motif atau tujuan yang dipunyai menjadi motif , atau tujuan
dari struktur. Apabila sudah menjadi bagian dari struktur maka elemen tersebut
cenderung mempertahankan disatu sisi. Sedangkan elemen yang lain berusaha untuk
mendapatkannya juga.
- Setiap Masyarakat, dalam setiap hal,
memperlihatkan pertikaiandan konflik ; konflik social terdapat dimana-mana
Setiap struktur social terdiri dari beberapa elemen
yang memiliki motif, maksud, kepentingan, atau tujuan yang berbeda satu sama
lain. Perbedaan itu sumber terjadinya pertikain dan konflik diantara berbagai
elemen dalam struktur social. Selama perbedaan tersebut masi ada di dalam
struktur, maka selama itu pula pertikaian dan konflik dimungkinkan ada. Menurut
teoritisi konflik itu semua adalah realitas kehidupan social.
- Setiap elemen dalam suatu masyarakat
menyumbang disintegrasi dan perubahan.
Perbedaan motif, maksud, kepentingan, atau tujuan
dari berbagai elemen merupakan sumber pertikaian dan konflik. Selanjutnya
pertikaian dan konflik menyebabkan disintegrasi dan perubahan dalam struktur
social.
- Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan
dari beberapa anggotanya atas orang lain.
Menurut teorisi konflik Keteraturan, keharmonisan
atau kenormalan dipandang sebagi suatu hasil paksaan dari sebagian anggotanya
terhadap sebagian anggota yang lainnya. Misalnya didaerah tempat kita tinggal,
terdapat peraturan yang dibuat oleh masyarakat yang memiliki kewenangan untuk
merumuskan atau menetapkan suatu aturan perundangan yang wajib untuk
dilaksanakan dengan tujuan terciptanya keteraturan, keharmonisan dan
kenormalan, maka itu semua harus dilaksanakan
oleh anggota masyarkat yang lain walaupun ada sebagian yang terpaksa
melakukannya.
3. Teori Interaksionisme Simbolis
Teori
ini memahami realitas sebagai suatu interaksi yang dipenuhi berbagai symbol,
dalam kenyataanya yang menggunakan symbol-simbol termasuk kedalam interaksi
interpersonal. Banyak individu secara aktif mengkonstruksikan
tindakan-tindakanya dengan menyesuaikan diri dan mencocokkan berbagai macam
tindakan dengan mengambil peran dan komunikasi symbol.
Asumsi
Teori Interaksionisme Simbolis
Menurut Turner (1978:327-330) ada empat asumsi dari teori interaksionisme
simbolis, yaitu :
a) Manusia
adalah makhluk yang mampu menciptakan dan menggunakan symbol.
Tindakan social dipahami sebagai suatu tindakan
individu yang memiliki arti atau makna subjektif bagi dirinya dan dikaitkan
dengan orang lain. Proses pemberian arti atau pemaknaan menghasilkan symbol.
Seorang yang sedang berinteraksi dengan beberapa orang mereka bisa saja
menciptakan atau menggunakan symbol.
Contoh : apabila ada dua atau lebih anak-anak yang
sedang bermain di kursi tetapi mereka menganggap bahwa kursi itu sebagai sebuah
kendaraan yang sedang mereka kendarai bahkan meraka juga menggunakan mulutnya
untuk mengeluarkan bunyi sebuah kendaraan, kursi dan mulut mereka dinamakan
symbol.
b) Manusia
Menggunakan Simbol untuk Saling Berkomunkasi
Manusia menciptakan symbol melalui pemberian nilai
atau pemaknaan terhadap sesuatu (baik berupa bunyi, kata, gerak tubuh, benda,
atau hal yang lainya) yang bias dijadikan komunikasi. Komunikasi akan berjalan
dengan lancar apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi menggunakan symbol
yang dapat dipahami secara bersama, misalnya menggunakan bahasa yang sma-sama
bias dimengerti.
c) Manusia
Berkomunikasi Melalui pengmbilan Peran (Role Taking)
Role Talking merupakan
proses pengambilan peran yang mengacu pada bagimana kita melihat situasi social
dari sisi orang lain dimana dari dia kita akan memperoleh respon. Di dalam
proses pengambilan peran, seseorang mempertimbangkan atau mengantisipasi peran
orang lain yang dianggap sesuai dengan kebutuhan, atau yang sering muncul dalam
hidupnya, dikenal dengan significant other. Contoh : Anak yang
sedang menggunakan kostum dokter-dokteran maka, ia menganggap bahwa dirinya
adalah seorang dokter.
d) Masyarakat
terbentuk, bertahan, dan berubah berdasarkan kemampuan manusia untuk berfikir ,
mendefinisikan, melakukan refleksi diri dan untuk melakukan evaluasi.
Ini semua merupakan proses interaksi social yang
sangat penting dalam mengembangkan kemampuan manusia. Dengan kemampuan
tersebut, melalui proses interaksi, manusia membentuk dan dapat merubah
masyarakat.
4. Teori Pertukaran
Teori
ini melihat dunia sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang saling bertukar
ganjaran/hadiah. Apapun bentuk perilaku social tidak lepas dari soal
pertukaran.
Asumsi
Teori Pertukaran
- Manusia adalah makhluk yang rasional, dia
memperhitungkan untung dan rugi.
Dalam teori ini melihat bahwa manusia terus menerus
terlibat dalam memilih diantara perilaku-perilaku alternative, dengan pilihan
mencerminkan cost and reward yang diharapkan
berhubungan dengan garis-garis perilaku alternative itu. Suatu tindakan
dikatakan rasional apabila berdasarkan perhitungan untung rugi. Dalam suatu
interaksi social seorang akan mempertimbangkan keuntungan yang besar dari pada
biaya yang dikeluarkannya. Oleh karena itu semakin tinggi ganjaran (reward)
yang didapatkan maka semakin sering perilaku itu akan diulang. Sebaliknya
apbila semakin besar hukuman atau tinggi biaya yang didapatkan maka kemungkinan
semakin kecil perilaku yang sama akan diulang.
- Perilaku pertukaran social terjadi apabila:
(1) perilaku tersebut harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya
dapat dicapai melelui interaksi dengan orang lain dan (2) perilaku harus
bertujuan untuk memperoleh srana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
c. Transaksi-transaksi
pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dari
pertukaran itu.
Pertukaran social akan terjadi apabila kedua belah
pihak mendapatkan keuntungan, bukan hanya salah satunya saja.
DAFTAR PUSTAKA
---------Prof.Dr. Damstar.2009.Pengantar
Sosiologi Ekonomi.Kencana Prenada Media Group: Jakarta-------------
Terima kasih sudah mau berbagi ilmu
BalasHapus